Kenapa Kita Harus Mengkompos Limbah Organik Mulai dari Rumah Kita Masing-Masing ?
Tahukah Anda, berapa banyak sampah yang dihasilkan oleh KITA setiap harinya ?
Berdasarkan data yang ada, setiap individu menghasilkan sampah setiap harinya rata-rata sebesar 0,8 kilogram. Berdasarkan data tersebut, bisa kita bayangkan berapa jumlah timbunan sampah rata-rata harian di kota metropolitan yang memiliki jumlah penduduknya lebih dari 1 juta jiwa.
Tahun 2014 saja, jumlah timbunan sampah di Indonesia secara nasional mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun.
"Paling dominan sampah di Indonesia berasal dari sampah rumah tangga. Jadi, KITA-KITA ini kontributor sampah itu sendiri," kata Drs. Rasio Ridho Sani, MCOM, MpM selaku Deputi IV Bidang Pengelolahan Bahan Berbahaya dan Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Sampah dalam acara `Kementerian Lingkungan Hidup Media Briefing` di Ruang Kalpataru Gedung B KLH, Kebon Nanas, Jakarta.
(http://health.liputan6.com/read/831503/sampah-di-indonesia-paling-banyak-berasal-dari-rumah-tangga)
Kontrisubi terbesar, kurang lebih sebesar 70 persen sampah rumah tangga adalah sampah sisa-sisa makanan dan dapur, atau yang biasa kita sebut sebagai Sampah Organik.
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. 
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari sisa makanan, dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, daun, dan lain sebagainya.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari sisa makanan, dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, daun, dan lain sebagainya.
Walaupun dari jumlah penumpukan sampah di setiap kota di Indonesia, kontribusi tersebarnya adalah dari Sampah Organik, tetapi sangat disayangkan, selama ini kurang mendapat perhatian serius dari KITA semua.
Padahal bahaya dari penumpukan Sampah Organik memiliki dampak yang besar terhadap kerusakan lingkungan dan juga kesehatan.
a. Dampak terhadap Kesehatan 
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: 
- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
 
- Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
 
- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
 
- Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
 
b. Dampak terhadap Lingkungan 
- Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
 
- Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
 
- Pemanasan Global, setiap penumpukan 1 kg Sampah Organik menghasilkan 1 kg gas CO2
 
Karena dari KITA lah, sampah itu berasal, maka KITA lah sang produsen sampah itu sendiri. Sebagai wujud tanggung jawab KITA sebagai produsen sampah, maka KITA lah yang harus bertanggung jawab mengelola dan mengolah sampah dari rumah tangga KITA masing-masing.
Salah satu cara yang paling praktis untuk mengolah Sampah Organik di Rumah Tangga, sekaligus membantu mengurangi krisis Pemanasan Global, adalah dengan cara Komposting.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar